BAGIAN PROTOKOL DAN KOMUNIKASI PIMPINAN

Jaga Eksistensi Kuliner Lamongan, 1000 Porsi Ludes Kurang dari Satu Jam

Lamongan - Prokopim, Kuliner khas Kabupaten Lamongan dapat dikatakan sebagai kuliner yang populer, tersebar hampir di seluruh kota di Indonesia. Siapa orang yang tidak kenal dengan Soto Lamongan? Khas dengan taburan koya dan rasa gurih segar perasan jeruk nipis. Namun tidak hanya Soto Lamongan, beberapa kuliner yang cukup terkenal ada pecel lele, nasi boran, tahu campur, dan masih banyak yang lainnya.


Untuk tetap menjaga eksistensi kuliner juga jajanan khas Lamongan, pada Rabu (28/9) di sepanjang jalan antara Pendopo Lokatantra dan Alun-alun Lamongan, dilaksanakan Festival Kuliner Lamongan yang memberikan gratis 1000 porsi kuliner dan jajanan khas Lamongan. Oleh Bupati Lamongan Yuhronur Efendi, kuliner dikatakan sebagai bagian dari budaya yang harus terus diperkenalkan, dipelihara, juga dijaga eksistensinya.


 “Tadi ada jajanan di Lamongan yang kita perkenalkan dan kita berikan gratis. Alhamdulillah dalam waktu tidak sampai 1 jam sudah habis. Kita tau bahwa budaya di Kabupaten Lamongan ini adalah kuliner yang merajai di seluruh kota-kota di Negara ini, sehingga untuk menjaga eksistensi kita dalam kuliner Lamongan sebagai bagian dari budaya masyarakat Lamongan, kita harus terus memperkenalkan, memelihara, dan terus menjaga supaya eksistensi Lamongan sebagai kuliner ini akan terus berkembang dengan baik. Kita perkenalkan kepada generasi muda bahwa kuliner ini juga mempunyai masa depan yang juga luar biasa baik,” ujar Pak Yes.


Ditambahkan Pak Yes bahwa hal ini merupakan bentuk dari usaha untuk mengangkat potensi lokal yang dimiliki daerah. Terdapat 20 stand yang berisikan berbagai jajanan dan kuliner khas Lamongan yang terdiri dari Soto Lamongan, tahu campur, pecel lele, nasi boran, lontong deprok, nasi muduk, asem bandeng, seafood, jumbrek, es batil, es dawet siwalan, es legen, wingko, keripik patin, ladu, arum manis/rambut nenek, serta berbagai jajanan khas Lamongan. Seluruh jajanan ini ludes diserbu masyarakat dalam kurun waktu kurang dari 1 jam.


“Saya yakin ini lebih dari seribu yang kita persiapkan. Selain soto, ada tadi nasi boranan, juga ada nasi muduk, ada juga lontong deprok tadi juga cepat ludes, ada juga jajanan-jajanan yang ada di Lamongan. Ini berangkai, sebagai upaya untuk mengangkat potensi lokal sesuai dengan tema dan kearifan lokal di beberapa daerah. Kemarin kita di Brondong dengan festival ikan pindang, Paciran festival rajungan, nanti di Sendang Dhuwur ada festival nasi muduk, mengangkat kearifan lokal, dan kuliner ini sebagai bagian dari budaya Lamongan,” tambah Pak Yes. (dir/prokopim)