DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN

Arsip Artikel

Festival Dayung Perahu Tradisional Mewarnai Peringatan HUT ke 78 RI di Lamongan

Dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun Ke-78 Republik Indonesia, Pemerintah Kabupaten Lamongan menggelar Festival Dayung Perahu Tradisional yang berlangsung di Kali Bengawan Mati, Desa Tejoasri, Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan, Minggu (27/8/29/023).Festival Dayung Perahu Tradisional ini diikuti oleh 32 tim yang terdiri dari 5 peserta dayung, 2 cadangan, dan 2 official.Para atlet dari berbagai tim akan menghadapi ujian kecepatan sepanjang 350 meter di perairan yang ikonik di Festival Dayung Perahu Tradisional ini.Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, menjelaskan bahwa Festival Dayung Perahu Tradisional ini berhasil menarik perhatian wisatawan.Melalui penyelenggaraan Festival Dayung Perahu Tradisional ini, Kabupaten Lamongan berhasil mengokohkan status Desa Wisata dan turut berkontribusi dalam mewujudkan Desa Mandiri di wilayah tersebut."Dengan bangga, saya ingin menyampaikan apresiasi kepada semua atlet dayung dan penonton yang telah menjadi bagian dari acara luar biasa ini, " tandas Bupati Lamongan.Kabupaten Lamongan kini memiliki 166 Desa Mandiri dan 238 Desa Berkembang dari total 462 desa."Prestasi ini tercapai melalui kolaborasi dan inovasi kepala desa serta masyarakat," tutur Bupati LamonganBupati Lamongan yang akrab disapa Pak Yes ini juga menegaskan bahwa perkembangan yang diraih oleh desa-desa di Lamongan tidak terlepas dari peran penting inisiatif, kreativitas, kepemimpinan, dan kepala desa di setiap wilayah."Dalam upaya untuk mewujudkan desa-desa yang berjaya, pemerintah daerah akan terus memberikan dukungan dan dorongan," tukasnya.Kepala Dinas PMD Kabupaten Lamongan Zamroni menyampaikan salam desa berjaya, selamat dan sukses kepada Kepala Desa Tejoasri Yusuf Bachtiar yang sukses telah mengantarkan desanya dengan pergelaran festival dayung perahu tradisional yang di ikuti peserta dari sekabupaten Lamongan."Dengan paduan tradisional dan modern mampu menyuguhkan tontonan yang menarik untuk menyedot wisatawan lokal masuk ke desanya ," ujarnyaSementara itu, Kepala Desa Tejoasri, Yusuf Bachtiar, berharap bahwa melalui event tahunan ini, potensi ekonomi kreatif dapat semakin terangkat dan masyarakat menjadi lebih berdaya."Kami berharap bahwa Festival Dayung ini akan memberikan dampak positif dalam menghidupkan sektor pariwisata serta mengembangkan ekonomi kreatif di kalangan masyarakat. Dengan demikian, kami dapat bersama-sama menciptakan masyarakat yang lebih mandiri," kata Yusuf Bachtiar.Ia menambahkan bahwa dalam perlombaan ini, tidak ada batasan usia bagi peserta. Namun, setiap tim diharuskan untuk mengajukan dokumen identitas lengkap, termasuk foto kopi KTP domisili asli desa dan surat rekomendasi dari kepala desa setempat."Langkah ini diambil untuk meminimalisir risiko adanya kecurangan atau partisipasi atlet dari luar desa," tandasnya .Walaupun baru kali kedua diselenggarakan, festival ini sudah berhasil menemukan potensi bibit-bibit baru dalam olahraga dayung di Lamongan. Juara pertama diraih oleh tim dari Dusun Pilang, Desa Tejosari, Laren, diikuti oleh Desa Parengan, Maduran; Desa Sukorejo, Turi; serta Desa Meluwur, Glagah.Sumber : koranmemo.com

Selengkapnya
Perkuat Desa Wisata, Pemkab Lamongan Gelar Festival Dayung Prahu Tradisional

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan Jawa Timur dalam rangkaian memperingati HUT Ke-78 RI menggelar Festival Dayung Prahu Tradisional, di Kali Bengawan Mati, Desa Tejoasri, Laren, Lamongan, Minggu (27/8/2023).Diikuti sebanyak 32 tim yang terdiri dari 5 peserta dayung, 2 cadangan, dan 2 official, para tim atlet akan diuji ketangkasannya sepanjang 350 meter.Dikatakan, Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, Festival tersebut mampu menjadi daya tarik tersendiri dimata wisatawan. Sehingga, dengan terselenggaranya kejuaraan ini, mampu memperkuat Desa Wisata yang mendongkrak terwujudnya Desa Mandiri di Lamongan.“Luar biasa pada hari ini dan yang saya banggakan seluruh atlet dayung dan para penonton yang saya banggakan.Alhamdulillah Kabupaten Lamongan saat ini dari 462 Desa, ada 166 Desa Mandiri, ada 238 Desa berkembang, dan sudah tidak ada lagi desa tertinggal, di Kabupaten Lamongan. Dan salah satu Desa Mandiri adalah Desa Tejoasri,” ucap Bupati Yes saat membuka festival.Bupati Yes menambahkan, kemajuan dan berkembangnya desa-desa di Lamongan, tidak terlepas dari inisiatif, kreativitas, kepemimpinan, dan leadership, kepala desa di masing-masing wilayah.“Pemerintah daerah akan terus mendorong agar desa-desa di Kabupaten Lamongan ini menjadi desa-desa yang berjaya,” imbuh Bupati Yes.Sementara, Kepala Desa (Kades) Tejoasri, Yusuf Bachtiar, berharap, melalui event tahunan ini dapat menghidupkan ekonomi kreatif serta terciptanya masyarakat yang berdaya.“Mudah-mudahan dengan event dayung ini semakin menghidupkan wisata kita, semakin menghidupkan ekonomi kreatif masyarakat, sehingga menciptakan masyarakat yang berdaya bisa kita ciptakan bersama-sama,” ujarnya.Kata Yusuf Bachtiar, tidak ada batasan usia dalam perlombaan, namun setiap tim diwajibkan untuk melampirkan data diri yang disertai foto kopi KTP domisili asli desa dan surat rekomendasi dari kepala desa setempat, hal tersebut guna menghindari kecurangan adanya pengambilan atlet dari luar desa.Meski baru terseelenggara kedua kalinya, festival ini dapat melahirkan bibit-bibit atlet dayung baru di Lamongan, dengan juara pertama dari Dusun Pilang, Desa Tejosari, Laren; di susul, Desa Parengan, Maduran; Desa Sukorejo, Turi; Desa Meluwur, Glagah.Sumber : tabloidsuksesinasional.com

Selengkapnya
Festival Dayung Perahu Tradisional Lamongan Berlangsung Meriah

Festival Dayung Perahu Tradisional yang digelar di Kali Bengawan Mati, Desa Tejoasri, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan berlangsung sangat meriah, Minggu sore (27/8/2023).Festival Dayung ini digelar rutin setiap tahun saat peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI). Pada tahun ini, festival tersebut diikuti sebanyak 32 tim yang terdiri dari 5 peserta dayung, 2 cadangan, dan 2 official.Para tim atlet yang menjadi peserta dalam festival ini berunjuk gigi dan beradu ketangkasan untuk menjadi yang terbaik di medan dayung sepanjang 350 meter.Menurut Bupati Lamongan Yuhronur Efendi, festival tersebut mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Sehingga melalui kejuaraan ini, diharapkan bisa semakin memperkuat Desa Wisata sekaligus mampu mendongkrak terwujudnya Desa Mandiri di Lamongan.“Luar biasa. Saya sangat bangga kepada seluruh atlet dayung dan para penonton dalam festival ini. Alhamdulillah Kabupaten Lamongan saat ini dari 462 Desa, terdapat 166 Desa Mandiri, 238 Desa berkembang, dan sudah tidak ada lagi desa tertinggal. Salah satu Desa Mandiri itu adalah Desa Tejoasri,” katanya.Bupati Yuhronur juga mengungkapkan, maju dan berkembangnya desa-desa di Lamongan ini tidak lepas dari inisiatif, kreativitas, kepemimpinan, dan leadership kepala desa di masing-masing wilayah.“Pemerintah daerah akan terus mendorong agar desa-desa di Kabupaten Lamongan ini menjadi desa-desa yang berjaya,” beber orang nomor satu di Lamongan tersebut.Sementara itu, Kepala Desa Tejoasri, Yusuf Bachtiar berharap, melalui event tahunan ini, nantinya dapat menghidupkan ekonomi kreatif serta terciptanya masyarakat yang berdaya.“Mudah-mudahan dengan event dayung ini semakin menghidupkan wisata kita, semakin menghidupkan ekonomi kreatif masyarakat, sehingga menciptakan masyarakat yang berdaya, mari kita ciptakan bersama-sama,” ujarnya.Selain itu, Yusuf menjelaskan, tidak ada batasan usia dalam perlombaan ini, hanya saja setiap tim diwajibkan untuk melampirkan data diri disertai foto kopi KTP domisili asli desa dan surat rekomendasi dari kepala desa setempat.Aturan tersebut, tutur Yusuf, dilakukan demi menghindari adanya kecurangan berupa pengambilan atlet yang berasal dari luar desa.Masih kata Yusuf, Meski baru terselenggara kedua kalinya, festival ini mampu melahirkan bibit-bibit atlet dayung baru di Lamongan. “Semoga para atlet dayung berbakat akan semakin bermunculan di Lamongan,” harapnya.Sebagai informasi, dalam festival dayung ini juara juara pertama berhasil diraih oleh Dusun Pilang, Desa Tejosari, Kecamatan Laren, kemudian disusul secara berurutan oleh Desa Parengan Kecamatan Maduran, lalu Desa Sukorejo Kecamatan Turi dan Desa Meluwur Kecamatan Glagah.Sumber : beritajatim.com

Selengkapnya
Dalam Dekapan Harmoni Balun Desa Pancasila: Simfoni Kebersamaan Umat Beragama

Berjarak sekitar satu kilometer dari Jalan Raya Surabaya-Tuban, berdiri penuh keanggunan, sebuah gemintang keharmonisan di tengah keriuhan Jalur Pantura Lamongan, Desa Balun yang dijuluki Desa Pancasila sebuah desa yang menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang bahwa kerukunan dan kedamaian merupakan dua pilar penting dalam masyarakat yang majemuk.Desa Balun adalah rumah bagi warga dari berbagai pengeyatan agama; Islam, Kristen, dan Hindu, yang telah memelihara dan memperkokoh harmoni kehidupan mereka selama lebih dari setengah abad.Keberagaman mereka tidak menjadi penghalang, namun sebaliknya, memperkuat ikatan persaudaraan dan penghargaan.Salah satu simbol yang paling merepresentasikan kerukunan ini adalah kehadiran tiga rumah ibadah dalam jarak yang dekat, sekitar 200 meter dari balai desa, dan di dekat sebuah lapangan. Di sana, berdiri megah Masjid Miftahul Huda, Gereja Kristen Jawi Wetan, dan Pura Sweta Maha Suci.Menariknya toleransi ini berlangsung alami, tanpa ada deklarasi atau pertemuan yang terkesan artifisial.Sebagai contoh, pada saat umat Hindu sedang melaksanakan perayaan hari besar maka warga yang non Hindu akan berkunjung bersilaturahmi. Bahkan pada saat melaksanakan ibadah, warga non Hindupun ikut menjaga keamanan keberlangsungan ibadah begitupun sebaliknya. “Warga yang hidup di sini, saling menghormati, saling menjaga silaturahmi dengan tetangga, teman, maupun rekan kerja yang berbeda agama. Saling tolong menolong orang lain yang tertimpah musibah walaupun latar belakang agama mereka berbeda-beda,” ungkap Tadi, Juru Mangku Agama Hindu saat ditemui di Pura Sweta Maha Suci, Sabtu, 26 Agustus 2023.Tadi mengatakan warga di sini kawin mawin mewarnai kehidupan Desa Balun. Bahkan, sambung dia, ada yang tinggal dalam satu rumah dengan agama yang berbeda-beda.Meski hidup satu atap yang sama dengan keyakinan yang berbeda-beda, namun mereka menunjukkan harmonisasi keberagaman.“Sebagai contoh, ayah saya itu tiga bersaudara. Ayah saya adalah anak tertua memeluk Agama Hindu, saudara nomor dua agamanya Islam dan yang ketiga Kristen. Sementara kakek nenek saya beragama Hindu tetapi mereka hidup rukun dan saling menghargai satu sama lain,” ujarnya.Pengakuan senada disampaikan Takmir Masjid Miftahul Huda Desa Balun. Menurut Ustad Titis Sutarno toleransi antarumat beragama terjalin sangat baik dan harmonis. Penduduk muslim yang mayoritas menghargai minoritas umat Hindu dan Kristen demikian sebaliknya.“Di sini mayoritas Islam. Walaupun kami mayoritas tapi tetap merangkul yang minoritas. Jadi tidak ada yang merasa besar dan merasa kecil. Jadi di antara tiga agama itu saling berdampingan. Toleransi itu bukan hanya diterapkan di tengah masyarakat. Tetapi, juga diterapkan dalam rumah tangga. Karena, dalam satu rumah terkadang ada yang tinggal dengan tiga agama yang berbeda,” ujarnya.“Salah satu contoh tolerasi disini adalah saling silaturahmi pada saat perayaan hari besar. Silaturahminya itu bukan langsung ke bagian agamanya tetapi silaturahmi berkunjung ke tempat ibadahnya. Misalnya umat muslim sedang menjalankan ibadah Idul Fitri, umat Hindu maupun Kristen membantu menjaga pengamanannya dibagian luar masjid,” ujarnya.Begitu juga, lanjutnya, saat ada perayaan Ogoh-ogoh umat dari Islam dan Kristen membatu pengamanannya dari luar."Pun demikian, saat umat Kristiani sedang menjalankan ibadah. Kami dari Muslim dan Hindu membantu menjaga pengamanannya dari luar,” tuturnya.Uztas Titis Sutarno berharap warga diluar sana mencontoh keharmonisan antar umat beragama yang ada di Balun.“Contohlah Balun. Walaupun Balun itu hanya satu Desa tetapi saling menerapkan toleransi umat beragama. Jadi kami yang mayoritas tidak merasa besar yang minoritas tidak merasa kecil. Sehingga, diantara tiga agama itu saling guyub, rukun antara satu agama dengan yang lain,” pesannya.Ditempat yang berbeda, Ketua wilayah Balun Gereja Jawi Wetan (GJWI) Sutrisno mengatakan, toleransi umat beragama di Desa Balun sudah terjalin sejak lama. Meskipun berbeda-beda agama tapi, masyarakat Balun bisa menempatkan dimana harus panatik dengan agamanya masing-masing. Kemudian dimana harus berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.“Sebagai contoh belum lama ini ada  Tasyakuran disini. Saat itu agama Hindu, Kristen dan Islam berkumpul di balai desa membawa tumpeng bersama-sama kemudian dimakan bersama. Disini yang tidak bisa disatukan hanya satu yaitu ibadah. Selain itu, kami disini saling bantu. Kalau ada kerja bakti di desa kami. Semuanya akan turun langsung gotong royong,” bebernya.Di tempat berbeda, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf, merasa sangat terkesan dan bangga dengan harmoni dan kerukunan yang terjalin di Desa Balun, Lamongan. Desa ini adalah bukti bahwa kita bisa merayakan keberagaman dan justru mendapatkan kekuatan darinya.“Inilah nilai-nilai yang kita pegang teguh sebagai bangsa Indonesia yaitu persatuan dalam keberagaman atau Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.Menurut Pangdam, umat Islam, Kristen dan Hindu di Desa Balun telah menunjukkan bahwa perbedaan agama bukanlah hambatan untuk hidup berdampingan dalam kedamaian dan kebersamaan. Fakta bahwa tiga rumah ibadah bisa berdiri berdampingan, dan umat beragama bisa beribadah dengan damai, adalah bukti konkret dari kerukunan dan saling pengertian yang mereka jaga.Sebagai prajurit dan pejabat negara, Pangdam Brawijaya mengapresiasi dan mendukung penuh usaha-usaha untuk merawat kerukunan di tengah masyarakat, seperti yang dilakukan warga Desa Balun.“Sebagai Pangdam, saya merasa bangga dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada masyarakat Desa Balun. Saya berharap, apa yang dicapai oleh Desa Balun ini dapat dijadikan inspirasi oleh desa-desa lain di Indonesia untuk memupuk suasana kerukunan dan toleransi di tengah masyarakatnya,” harapnya.Tak hanya itu, kestabilan dan kerukunan seperti yang ada di Desa Balun juga merupakan bagian penting dari upaya menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut. Hal ini membantu tugas TNI dalam menjaga keutuhan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).“Peran serta masyarakat sangat penting dalam menjaga harmoni dan kedamaian ini, saya berharap sinergitas antara TNI, Pemerintah, dan Masyarakat dapat terus terjaga dan ditingkatkan guna terciptanya lingkungan yang aman dan damai,” ungkapnya.Dandim 0812 Lamongan, Letkol Arm Ketut Wira Purbawan mengatakan dirinya sangat bangga melihat kerukunan yang ditunjukkan oleh masyarakat Desa Balun. Mereka telah membuktikan bahwa keragaman bukan penghalang, melainkan pemersatu dalam mewujudkan harmoni kehidupan sosial.Tiga rumah ibadah, Masjid Miftahul Huda, Gereja Kristen Jawi Wetan, dan Pura Sweta Maha Suci, dapat berdiri berdampingan dan saling menghormati menjadi bukti nyata kerukunan dan toleransi yang ada di Desa Balun.“Ini adalah suatu lambang bahwa agama dan keyakinan adalah sarana untuk meningkatkan kedamaian dan kerukunan,” ujarnya.Warga Desa Balun telah menunjukkan kepada kita bagaimana persaudaraan dan kepedulian antar warga dapat melampaui batas-batas keyakinan dan agama. Mereka telah menunjukkan rasa hormat dan penghargaan yang mendalam antara satu sama lain dan menjalankan nilai-nilai luhur Pancasila serta Bhinneka Tunggal Ika dengan baik.“Saya mengucapkan terima kasih kepada warga Desa Balun yang telah menunjukkan contoh kerukunan yang luar biasa dan patut diteladani. Semoga suasana harmoni dan persaudaraan yang telah tercipta ini bisa terus terjaga dan ditingkatkan,” ungkapnya.Umat Kristiani di Desa Balun sebanyak  198 kepala keluarga (KK). Sedangkan umat Muslim sebanyak 783 KK dan agama Hindu sebanyak 55 KK atau 6 persen dari warga Balun.Setiap rumah ibadah berdiri dengan arsitektur yang unik dan monumental, masing-masing menceritakan kisah sendiri, namun bersama-sama mereka melantunkan nada-nada harmoni dan kerukunan. Suara adzan, lonceng gereja, dan mantra-mantra Hindu saling bergema, mengisi udara Desa Balun dengan melodi kebersamaan yang menghangatkan jiwa.Kerukunan antar umat beragama di Desa Balun bukan hanya sekadar harmoni yang diciptakan oleh tiga rumah ibadah tersebut. Lebih dari itu, suasana kerukunan itu hadir dalam sehari-hari warga Balun, dalam setiap diskusi, dalam setiap acara sosial dan, tentunya, dalam setiap interaksi sehari-hari antara warganya.Desa Balun adalah gambaran nyata dari semangat Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, memperlihatkan kepada dunia bahwa berbeda dalam keyakinan bukanlah hambatan untuk hidup berdampingan dalam kedamaian dan saling pengertian. Melainkan, ia menjadi harmoni indah yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari, membuat Desa Balun menjadi lambang toleransi dan keanekaragaman yang nyata dan hidup dalam keseharian warganya.Sumber : timesindonesia.co.id

Selengkapnya
Festival Dayung Prahu Tradisional Perkuat Desa Wisata

Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam rangkaian memperingati HUT Ke-78 RI menggelar Festival Dayung Prahu Tradisional, di Kali Bengawan Mati, Desa Tejoasri, Laren, Lamongan, Minggu (27/8/2023).Diikuti sebanyak 32 tim yang terdiri dari 5 peserta dayung, 2 cadangan, dan 2 official, para tim atlet akan diuji ketangkasannya sepanjang 350 meter.Dikatakan, Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, Festival tersebut mampu menjadi daya tarik tersendiri dimata wisatawan. Sehingga, dengan terselenggaranya kejuaraan ini, mampu memperkuat Desa Wisata yang mendongkrak terwujudnya Desa Mandiri di Lamongan.“Luar biasa pada hari ini dan yang saya banggakan seluruh atlet dayung dan para penonton yang saya banggakan, Alhamdulillah Kabupaten Lamongan saat ini dari 462 Desa, ada 166 Desa Mandiri, ada 238 Desa berkembang, dan sudah tidak ada lagi desa tertinggal, di Kabupaten Lamongan. Dan salah satu Desa Mandiri adalah Desa Tejoasri,” ucap Bupati Lamongan saat membuka festival.Bupati Lamongan Yuhronur Efendi menambahkan, kemajuan dan berkembangnya desa-desa di Lamongan, tidak terlepas dari inisiatif, kreativitas, kepemimpinan, dan leadership, kepala desa di masing-masing wilayah.“Pemerintah daerah akan terus mendorong agar desa-desa di Kabupaten Lamongan ini menjadi desa-desa yang berjaya,” imbuh BupatiSementara di sesi bersamaan Kepala Desa Tejoasri, Yusuf Bachtiar, berharap, melalui event tahunan ini dapat menghidupkan ekonomi kreatif serta terciptanya masyarakat yang berdaya.“Mudah-mudahan dengan event dayung ini semakin menghidupkan wisata kita, semakin menghidupkan ekonomi kreatif masyarakat, sehingga menciptakan masyarakat yang berdaya bisa kita ciptakan bersama-sama,” ujarnya.Kata Yusuf Bachtiar, tidak ada batasan usia dalam perlombaan, namun setiap tim diwajibkan untuk melampirkan data diri yang disertai foto kopi KTP domisili asli desa dan surat rekomendasi dari kepala desa setempat, hal tersebut guna menghindari kecurangan adanya pengambilan atlet dari luar desa.Meski baru terseelenggara kedua kalinya, festival ini dapat melahirkan bibit-bibit atlet dayung baru di Lamongan, dengan juara pertama dari Dusun Pilang, Desa Tejosari, Laren; di susul, Desa Parengan, Maduran; Desa Sukorejo, Turi; Desa Meluwur, Glagah. Tandasnya.Sumber : analisajatim.id

Selengkapnya
Daging Rajungan Lamongan Menembus Pasar Dunia

Bupati Lamongan Yuhronur Efendi  membuka festival gandrung rajungan di GOR Kemantren Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur,Sabtu ( 26/8/2023)Bupati Yuhronur Efendi akrap disapa Pak yes mengunkapkan, bahwa saat ini ada 6 perusahaan di wilayah pantura  kabupaten Lamongan yang menjadikan rajungan sebagai bahan baku.Rajungan merupakan potensi kemaritiman Lamongan. Potensi tersebut ditetapkan sebagai bahan baku utama dalam kegiatan ekspor oleh beberapa perusahaan dan investor."Rajungan sudah dilirik para investor untuk dijadikan bahan baku ekspor. Terhitung ada 6 perusahaan di pantura, yang sudah skala besar ada di Kecamatan Deket yakni PT Bumi Menara Internusa (BMI) dan yang baru launching kemarin di wilayah Mantup ialah PT Sumber Kemenangan Sejahtera Abadi (SKSA)," ungkap pak YesLanjut Pak Yes, ia menerangkan bahwa kolaborasi bersama investor merupakan salah satu bentuk mengembangkan potensi sari laut yang dimiliki Lamongan, terlebih Lamongan menjadi kabupaten penghasil ikan tangkap terbesar nomor 2 di Jawa Timur ."Karena demikian dipastikan akan membantu kenaikan nilai tambah nelayan dan kemudahan dalam hal distribusinya. Data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan potensi tangkapan rajungan Lamongan sebesar 1.700 ton/tahun," terang Bupati  Yes.Lebih lanjut, dirinya menerangkan untuk harga saat ini mencapai 100.000/kg. Sebagai salah satu jenis tangkapan alam, rajungan Lamongan 90 persen pemasarannya secara ekspor dalam bentuk daging ke Negara Amerika Serikat, Eropa, Prancis, dan lainnya. Selain itu, upaya mengenalkan potensi rajungan Lamongan juga terus dilakukan dengan cara literasi kuliner. Salah satunya dengan menggelar kegiatan festival gandrung rajungan setiap tahunnya."Kegiatan hari ini merupakan salah satu upaya kita untuk mendelegasikan potensi sari laut Lamongan yang megilan. Adanya festival ini diharapkan mampu mengundang masyarakat untuk datang ke Paciran dan tentu memburu rajungannya," jelas  Pak Yes.Diketahui telah dibuka untuk umum, festival gandrung rajungan menyediakan 454 rajungan secara gratis melakui kupon yang telah dibagikan sebelumnya oleh panitia. Untuk memeriahkan acara juga dilangsungkan kegiatan pawai rajungan carnival oleh Korwil Bidang Pendidikan wilayah Paciran, kreasi masak sambal rajungan, dan lomba rajungan terbesar.Sumber : https://suarajatimpost.com

Selengkapnya