BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Artikel Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Rehabilitasi Dengan Tanam Pohon Bambu

Dalam rangka Puncak Penanaman Bambu untuk Rehabilitasi Daerah Rawan Bencana dan dalam rangkaian Hari Jadi Kabupaten Lamongan yang Ke - 454 , BPBD Kabupaten Lamongan menanam Pohon Bambu sebanyak 1.500 Bambu di daerah rawan bencana. kegiatan dilaksanakan pada hari Jum'at, 12 Mei 2023 bertempat di bantaran sungai kali mengkuli Dusun Dorogede Desa Gedangan. kegiatan tersebut di hadiri oleh Bupati Lamongan, Wakil Bupati Lamongan, Kapolres Lamongan, Dandim 0812 Lamongan dan Tamu undangan lainnya. dalam kurun waktu 2 tahun terakhir saat memasuki Puncak Musim Hujan Tanggul Kali Mengkul yang berada di Dusun Dorogede sering mengalami Jebol sehingga mengakibatkan banjir dan menggenangi Rumah dan areal persawahan. Pohon bambu sendiri mempunyai banyak manfaat diantaranya selain dapat menampung air akar bambu dapat mengikat dan memperkuat tanah dan dapat mencegah tanah longsor maupun tanggul jebol.

Selengkapnya
Mantabkan Persiapan HKBN 2023 di Kabupaten Lamongan

segala aspek sarana dan prasana disiapkan sebagai tuan rumah puncak Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional yang akan dilaksanakan di Kabupaten Lamongan, Koordinasi dan Monitoring terus dilaksanakan agar nantinya kegiatan berjalan dengan lancar. Kegiatan yang  akan dilaksanakan pada Tanggal 15-16 Mei 2023 bertempat di  Desa Blawi Kecamatan karangbinangun dan Beberapa Desa yang berada di sepanjang Sungai bengawan solo dengan tema "Tingkatkan Ketangguhan Desa Kurangi Resiko Bencana". Kegiatan tersebut rencananya akan dihadiri Pejabat Kementrian/Lembaga ,Anggota DPR RI, Kepala BNPB, Forkompimda Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Lamongan, dan Tamu undangan lainnya.dikutip dari Website Resmi BNPB "Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto, S.Sos., M.M. menekankan kesiapsiagaan masyarakat berbasis komunitas. Menurutnya, ini merupakan komponen utama dalam upaya pengurangan risiko bencana di masa depan. Suharyanto mengajak semua pihak, baik masyarakat, perangkat desa, segenap komponen pentaheliks di berbagai wilayah administrasi untuk melakukan simulasi kesiapsiagaan.“Mari kita manfaatkan momentum ini untuk melibatkan sebanyak-banyaknya partisipasi masyarakat, perangkat desa, segenap komponen pentaheliks mulai dari komunitas, kabupaten, kota, provinsi hingga di tingkat nasional, supaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana bisa menjadi budaya yang mengakar di masyarakat Indonesia,” ujarnya. Pada kesempatan itu, Suharyanto menyampaikan, khusus untuk edukasi dan simulasi kesiapsiagaan, semua pihak harus paham bahwa edukasi, sosialisasi, pelatihan dan simulasi kesiapsiagaan bukanlah pelajaran sekali dalam hidup, tetapi pembelajaran dan upaya seumur hidup."Untuk itu kita harus memastikan bahwa kegiatan-kegiatan ini harus dilakukan setiap tahun! Karena dengan berlatih, kita akan lebih siap, dengan lebih siap kita akan mampu mengurangi risiko bencana," pesannya.'Apapun jenisnya, bencana adalah kejadian yang berulang, sekali dia pernah terjadi di masa lalu, pasti dia akan terjadi lagi di masa depan," tegas Suharyanto. Selain itu, Kepala BNPB juga mengajak masyarakat untuk memanfaatkan peringatan HKB yang masih dalam suasana lebaran ini untuk memperkuat lagi silaturahmi lintas pihak, memperkuat kembali jejaring komunikasi, meningkatkan lagi semangat gotong royong.“Kita jalin lebih rapat kebersamaan dalam menyusun gerak langkah menuju resiliensi bangsa menghadapi bencana,” tambahnya.Semangat peringatan HKB perlu keterlibatan dan partisipasi semua pihak. Di sisi lain, upaya penanggulangan bencana tidak bisa dilakukan secara sentralistik. BNPB mencatat kejadian bencana dari 10 hingga 20 kejadian setiap hari dalam lima tahun terakhir, mengharuskan kesiapsiagaan masyarakat berbasis komunitas. BNPB mengangkat tema “Tingkatkan Ketangguhan Desa, Kurangi Risiko Bencana” pada peringatan HKB tahun ini. Sementara itu, HKB adalah momentum penting setiap tanggal 26 April, yang diambil dari tanggal ditetapkannya Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, sebagai salah satu tonggak sejarah penting dalam penanggulangan bencana di Indonesia yang lebih baik".

Selengkapnya
Hari Jadi Lamongan 454

Dua puluh enam (26) Mei merupakan tanggal istimewa bagi Kabupaten Lamongan. Tanggal tersebut merupakan Hari Jadi Lamongan (HJL). Kabupaten Lamongan pada tanggal 26 Mei 2023 yang akan datang akan berumur 454 tahun. Tema HJL ke-454 adalah “Merajut Harmoni Untuk Lamongan Megilan”.dikutip dari https://id.wikipedia.org Nama Lamongan berasal dari nama seorang tokoh pada masa silam. Pada zaman dulu, ada seorang pemuda bernama Hadi, karena mendapatkan pangkat rangga, maka ia disebut Ranggahadi. Ranggahadi kemudian bernama Mbah Lamong, yaitu sebutan yang diberikan oleh rakyat daerah ini. Karena Ranggahadi pandai Ngemong Rakyat, pandai membina daerah dan mahir menyebarkan ajaran agama Islam serta dicintai oleh seluruh rakyatnya, dari asal kata Mbah Lamong inilah kawasan ini lalu disebut Lamongan. Adapun yang menobatkan Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama, tidak lain adalah Kanjeng Sunan Giri IV yang bergelar Sunan Prapen. Wisuda tersebut bertepatan dengan hari pasamuan agung yang diselenggarakan di Puri Kasunanan Giri di Gresik, yang dihadiri oleh para pembesar yang sudah masuk agama Islam dan para Sentana Agung Kasunanan Giri. Pelaksanaan Pasamuan Agung tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Besar Islam yaitu Idhul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.   Berbeda dengan daerah-daerah Kabupaten lain khususnya di Jawa Timur yang kebanyakan mengambil sumber dari sesuatu prasasti, atau dari suatu Candi dan dari peninggalan sejarah yang lain, tetapi hari lahir lamongan mengambil sumber dari buku wasiat. Silsilah Kanjeng Sunan Giri yang ditulis tangan dalam huruf Jawa Kuno/Lama yang disimpan oleh Juru Kunci Makam Giri di Gresik. Almarhum Bapak Muhammad Baddawi di dalam buku tersebut ditulis, bahwa diwisudanya Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan dilakukan dalam pasamuan agung di Tahun 976 H. Yang ditulis dalam buku wasiat tersebut memang hanya tahunnya saja, sedangkan tanggal, hari dan bulannya tidak dituliskan. Oleh karena itu, maka Panitia Khusus Penggali Hari Jadi Lamongan mencari pembuktian sebagai dasar yang kuat guna mencari dan menetapkan tanggal, hari dan bulannya. Setelah Panitia menelusuri buku sejarah, terutama yang bersangkutan dengan Kasunanan Giri, serta Sejarah para wali dan adat istiadat di waktu itu, akhirnya Panitia menemukan bukti, bahwa adat atau tradisi kuno yang berlaku pada zaman Kasunanan Giri dan Kerajaan Islam di Jawa waktu itu, selalu melaksanakan pasamuan agung yang utama dengan memanggil menghadap para Adipati, Tumenggung serta para pembesar lainnya yang sudah memeluk agama Islam. Pasamuan Agung tersebut dilaksanakan bersamaan dengan Hari Peringatan Islam tanggal 10 Dzulhijjah yang disebut Garebeg Besar atau Idhul Adha.   Berdasarkan adat yang berlaku pada saat itu, maka Panitia menetapkan wisuda Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama dilakukan dalam pasamuan agung Garebeg Besar pada tanggal 10 Dzulhijjah Tahun 976 Hijriyah. Selanjutnya Panitia menelusuri jalannya tarikh hijriyah dipadukan dengan jalannya tarikh masehi, dengan berpedoman tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriyah jatuh pada tanggal 16 Juni 622 Masehi, akhirnya Panitia Menemukan bahwa tanggal 10 Dzulhijjah 976 H., itu jatuh pada Hari Kamis Pahing tanggal 26 Mei 1569 M.   Dengan demikian jelas bahwa perkembangan daerah Lamongan sampai akhirnya menjadi wilayah Kabupaten Lamongan, sepenuhnya berlangsung pada zaman keislaman dengan Kasultanan Pajang sebagai pusat pemerintahan. Tetapi yang bertindak meningkatkan Kranggan Lamongan menjadi Kabupaten Lamongan serta yang mengangkat/mewisuda Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama bukanlah Sultan Pajang, melainkan Kanjeng Sunan Giri IV. Hal itu disebabkan Kanjeng Sunan Giri prihatin terhadap Kasultanan Pajang yang selalu resah dan situasi pemerintahan yang kurang mantap. Disamping itu Kanjeng Sunan Giri juga merasa prihatin dengan adanya ancaman dan ulah para pedagang asing dari Eropa yaitu orang Portugis yang ingin menguasai Nusantara khususnya Pulau Jawa.   Tumenggung Surajaya adalah Hadi yang berasal dari dusun Cancing yang sekarang termasuk wilayah Desa Sendangrejo Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan. Sejak masih muda Hadi sudah nyuwito di Kasunanan Giri dan menjadi seorang santri yang dikasihi oleh Kanjeng Sunan Giri karena sifatnya yang baik, pemuda yang trampil, cakap dan cepat menguasai ajaran agama Islam serta seluk beluk pemerintahan. Disebabkan pertimbangan itu akhirnya Sunan Giri menunjuk Hadi untuk melaksanakan perintah menyebarkan Agama Islam dan sekaligus mengatur pemerintahan dan kehidupan Rakyat di Kawasan yang terletak di sebelah barat Kasunanan Giri yang bernama Kenduruan. Untuk melaksanakan tugas berat tersebut Sunan Giri memberikan Pangkat Rangga kepada Hadi. Ringkasnya sejarah, Rangga Hadi dengan segenap pengikutnya dengan naik perahu melalui Kali Lamong, akhirnya dapat menemukan tempat yang bernama Kenduruan itu. Adapu kawasan yang disebut Kenduruan tersebut sampai sekarang masih ada dan tetap bernama Kenduruan, berstatus Kampung di Kelurahan Sidokumpul wilayah Kecamatan Lamongan.   Di daerah baru tersebut ternyata semua usaha dan rencana Rangga Hadi dapat berjalan dengan mudah dan lancar, terutama di dalam usaha menyebarkan agama Islam, mengatur pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Pesantren untuk menyebar Agama Islam peninggalan Rangga Hadi sampai sekarang masih ada. (Sumber : Pemkab Lamongan, Jatim.go.id, hanifmu.com)

Selengkapnya
Waspada Cuaca Ekstrim

BMKG Juanda mengeluarkan PRESS RELEASE Kawaspadaan Cuaca EKstrim akibat gangguan atmosfer diwilayah Jawa Timur pada tanggal 7 - 13 Mei 2023, Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer terkini di wilayah Jawa Timur menunjukkan adanya gangguan MJO danGelombang Ekuatorial Rossby. Hal ini masih menyebabkan adanya potensi Cuaca Ekstrem yang dapat menyebabkan bencana Hidrometereologi yang terjadi di wilayah Jawa Timur termasuk di Kabupaten Lamongan . Masyarakat dihimbau untuk tetap waspada terhadap dampak potensi bencana hidrometeorologi dan melaporkan setiap kejadian bencana pada instansi terkait.

Selengkapnya