Arsip Artikel

Cangkrukan Kebangsaan di Desa Pucangtelu
Selain di Desa Sumberagung, kegiatan Sosialisasi Sinkronisasi (SOSIS) pada Jumat(17/2) ini juga dilaksanakan di Desa Pucangtelu, Kecamatan Kalitengah. Di Pucangtelu, SOSIS yang dilaksanakan bertemakan "Cangkrukan Kebangsaan". Namun, berbeda dengan yang sebelumnya, kegiatan kali ini mengundang ibu-ibu dari berbagai unsur, khususnya UMKM yang ada di Desa Pucangtelu dan sekitarnya.Kegiatan kali ini juga turut dihadiri oleh Camat Kalitengah, Nurul Mishbah. Melalui sambutannya, Nurul menyampaikan kondisi terkini Kecamatan Kalitengah yang beberapa desanya tergenang banjir. Meski demikian, Nurul tetap meminta para peserta agar mengikuti kegiatan dengan tertib, mengingat wawasan yang diberikan dapat membuka wawasan karena wawasan kebangsaan adalah hal yang penting.Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Desa Pucangtelu, Kaseran. Dirinya menyampaikan bahwa di Desa Pucangtelu dalam menghadapi banjir sudah ada perbaikan sekitar 70% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meski demikian, masih terdapat sekitar 150 rumah yang terendam banjir. Karena itu, dirinya berharap agar para peserta dapat menyampaikan aspirasinya kepada narasumber.Kegiatan dibuka oleh Kabid Ideologi, Wasbang, dan Ketahanan Ekonomi, Sosial, Budaya dan Agama Bakesbangpol, Erlina Marhaeni. Namun sebelum dibuka, para peserta diajak melakukan Salam Pancasila dan doa bersama agar banjir segera surut.Anggota Komisi A DPRD Kabupaten Lamongan, Nahdliyah Kartika Agustin, bertindak sebagai narasumber. Dalam penyampaian materinya, para perempuan adalah pahlawan sebenarnya karena perempuanlah yang melahirkan dan mendidik generasi penerus bangsa, sehingga perempuan memiliki tanggung jawab yang besar.Dirinya menyoroti menurunnya moral dan akhlak anak-anak saat ini. Banyak yang tidak hafal Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sehingga kenakalan remaja tumbuh di mana-mana. Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting dalam mendampingi dan mendidik anak mereka. Apabila anak tumbuh dalam kondisi keluarga yang tidak harmonis, anak menjadi rentan terjerumus ke dalam hal negatif. Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan pemahaman wawasan kebangsaan bagi para peserta yang terdiri dari ibu-ibu PKK dan UMKM. Dengan memiliki pemahaman yang baik, maka ibu-ibu peserta dapat mendidik anak-anak mereka sesuai dengan tuntunan Pancasila. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, sehingga apabila tidak dididik dengan benar, maka akan berdampak ke negara yang mana generasi muda tersebut akan menjadi pemimpin ke depannya.
Selengkapnya
Sosialisasi Deteksi Dini di Desa Sumberagung
Kegiatan Sosialisasi Sinkronisasi (SOSIS) kembali dilaksanakan. Kali ini, kegiatan bertempat di Desa Sumberagung, Kecamatan Brondong pada Jumat (17/2). SOSIS yang bertemakan "Sosialisasi Deteksi Dini dan Penanganan Konflik" merupakan yang pertama yang dilaksanakan pada tahun ini.Kepala Desa Sumberagung, Supriyono, dalam sambutannya berharap kegiatan ini bisa memberikan manfaat bagi masyarakat Desa Sumberagung. Kegiatan ini dibuka oleh Kabid Kewaspadaan Nasional dan Penanganan Konflik Bakesbangpol, Choirul Umami.Anggota Komisi A DPRD Kabupaten Lamongan, Nurul Huda, bertindak sebagai narasumber. Dalam penyampaian materinya, suatu konflik bisa terjadi ketika banyaknya permasalahan yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal dan bisa bermuara dari berbagai aspek kehidupan.Dirinya menyoroti menurunnya nilai toleransi masyarakat saat ini, padahal tingkat toleransi yang tinggi dapat membantu masyarakat melakukan deteksi dini apabila terdapat potensi ancaman yang terjadi. Pendeteksian dini ini tidak hanya difokuskan pada terorisme saja, tetapi juga diawali dengan pencegahan perkembangan paham intoleransi yang menjadi sumber dari berbagai permasalahan yang mengancam persatuan dan keutuhan bangsa. Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan pemahaman akan pentingnya peningkatan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat dan berkoordinasi dengan seluruh lapisan masyarakat serta jajaran Pemerintahan dalam lingkungan sekitar agar kita bisa lebih peduli dalam menjaga serta berperan aktif dalam menciptakan kestabilan wilayah maupun kondusifitas lingkungan tempat tinggal. Sebagai upaya mengantisipasi berbagai permasalahan sosial yang berkembang di masyarakat khusunya dari permasalahan radikalisme, ekstrimisme dan terorisme.
Selengkapnya
Pemberontakan PETA di Blitar
Kemerdekaan Indonesia dapat tercapai atas perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajah. Salah satu di antaranya terjadi pada 14 Februari 1945. Pada saat itu, tentara PETA (Pembela Tanah Air) yang dipimpin oleh Shodancho Soeprijadi melakukan pemberontakan terhadap Jepang di Blitar.Sejarah Terbentuknya Pembela Tanah Air (PETA)Jepang mulai masuk ke wilayah Indonesia melalui Tarakan pada 11 Januari 1942. Perlahan, wilayah-wilayah lain yang dikuasai Belanda jatuh ke tangan Jepang. Puncaknya, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang melalui Perjanjian Kalijati tanggal 8 Maret 1942. Melalui perjanjian tersebut, Belanda resmi menyerahkan Hindia Belanda kepada Jepang tanpa syarat. Keberhasilan Jepang mengalahkan Belanda disambut meriah. Memanfaatkan kesan yang baik di mata rakyat, Jepang kemudian mengeluarkan banyak propaganda yang intinya mendudukkan Jepang sebagai saudara tua yang membebaskan saudara muda dari kolonialisme Barat. Untuk lebih menarik minat bangsa Indonesia, Jepang mengizinkan pengibaran bendera Merah Putih bersanding dengan bendera Hinomaru.Namun, rentetan kekalahan Jepang di Pasifik menjadikan urgensi untuk melibatkan rakyat di wilayah jajahan menjadi semakin besar. Karena itu, Jepang membentuk berbagai organisasi militer di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mendukung militer Jepang dalam usahanya berperang melawan Sekutu.Pada Sidang Parlemen Jepang ke-82 tanggal 16 Juni 1943, Perdana Menteri Jepang, Tojo Hideki, menyampaikan akan melibatkan penduduk lokal dalam urusan pemerintahan dalam negeri di Jawa (Lebra, 2010). Untuk itu, Jepang berencana untuk mendirikan satuan militer yang beranggotakan penduduk lokal.Untuk menarik minat masyarakat, Dinas Intelijen Angkatan Darat Jepang (Beppan) memutuskan agar permohonan untuk membentuk satuan militer tersebut dilakukan oleh orang lokal sendiri. Pada akhirnya, Gatot Mangkupradja, seorang nasionalis dan juga salah satu pendiri Partai Nasional Indonesia (PNI), mengirim surat kepada Gunseikan pada 7 September 1943 untuk memohon agar bangsa Indonesia diizinkan untuk membantu usaha militer Jepang.Dukungan terhadap pembentukan organisasi militer mengalir dari banyak tokoh nasional. Karena itu, melalui Osamu Seirei No. 44 yang diumumkan oleh Panglima Angkatan Darat ke-16 Jepang, Letjen Harada Kumakichi, PETA resmi terbentuk pada 3 Oktober 1943.Pemberontakan PETA di BlitarPembentukan PETA memiliki pengaruh besar dalam peperangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia ke depannya. Melalui PETA, rakyat Indonesia memiliki kesempatan menimba ilmu kemiliteran dan berperang yang baik. Meski demikian, banyak di antara mereka yang tergabung dalam PETA memiliki permasalahan tersendiri dengan tentara Jepang, salah satunya adalah Soeprijadi.Soeprijadi adalah seorang shodancho (komandan peleton) PETA yang bertugas di Blitar. Soeprijadi merasa prihatin dan resah terhadap nasib rakyat Indonesia di bawah pendudukan Jepang. Banyak dari rakyat yang menjadi romusha meninggal karena kelelahan, kelaparan, dan penyakit. Menurut Nugroho Notosusanto (dalam Sato, 2015), pengalaman peleton Soeprijadi dengan para romusha merupakan faktor utama yang mengubah pandangan mereka terhadap Jepang. Faktor lain juga disebabkan oleh adanya diskriminasi terhadap prajurit pribumi yang diwajibkan memberi hormat kepada tentara Jepang meski berpangkat lebih rendah. Namun, tekad bulat Soeprijadi untuk melakukan pemberontakan terhadap Jepang datang setelah ayahnya, R. Darmadi, pulang dengan kondisi menyedihkan setelah mengikuti kursus adminstrasi bagi para pangreh praja di Jakarta (Sato, 2015).Perlawanan terhadap Jepang dilakukan pada tanggal 14 Februari 1945 di Blitar. Tanggal tersebut dipilih karena terdapat pertemuan antara anggota dan komandan PETA di Blitar, sehingga harapannya terdapat anggota-anggota lain yang tertarik bergabung dalam perlawanan.Pada pukul 03.00, pasukan PETA melancarkan serangan dengan menembakkan mortir ke Hotel Sakura, yang menjadi kediaman para perwira militer Jepang. Markas Kempeitai juga ditembaki senapan mesin. Pasukan PETA juga membawa banyak perlengkapan dan logistik, termasuk persenjataan.Jepang bertindak cepat dalam mengatasi pemberontakan tersebut yang membuat Soeprijadi gagal menggerakkan kesatuan lain untuk bergabung ke dalam pemberontakan. Selain itu, Jepang juga mengetahui rencana pemberontakan, yang mana terlihat dari gedung-gedung yang kosong. Jepang juga mengerahkan prajurit lokal untuk menghentikan pemberontakan. Mengingat Soeprijadi memerintahkan untuk hanya membunuh prajurit Jepang, langkah Jepang tersebut berhasil menghambat pergerakan Soeprijadi dan pengikutnya.Beberapa prajurit PETA yang terlibat pemberontakan ditangkap dan diadili di Mahkamah Militer Jepang di Jakarta. Dari 68 orang yang diadili, ada yang dihukum seumur hidup dan ada yang dihukum mati. Beberapa yang dipidana mati adalah dr. Ismail, Muradi, Halir Mankudijoyo, Sunanto, dan Sudarmo (Nailufar, 2020). Dari yang terhukum tersebut, tidak ada nama Soeprijadi.Nasib Soeprijadi sendiri tidak jelas nasibnya apakah masih hidup setelah peristiwa tersebut atau telah tewas, baik dalam pertempuran atau hukuman mati oleh Jepang. Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno mengumumkan Soeprijadi sebagai Menteri Keamanan Rakyat. Namun, Soeprijadi tidak muncul sehingga digantikan oleh Imam Muhammad Suliyoadikusumo. Dampak Pemberontakan PETAPemberontakan PETA di Blitar menunjukkan adanya perubahan pandangan Indonesia terhadap Jepang. Menurut Benedict Anderson (2009), pemberontakan tersebut menciptakan suasana kecemasan di kalangan tentara Jepang di Jawa. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya kecaman langsung dari militer Jepang dan keringanan hukuman terhadap para prajurit PETA yang terlibat dalam pemberontakan.Pemberontakan ini juga meningkatkan keinginan untuk merdeka di kalangan prajurit PETA di daerah lain. Di Rengasdengklok misalnya, daidan Rengasdengklok yang mendengar kabar di Blitar mendorong beberapa prajuritnya untuk menculik Sukarno-Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945, yang berujung pada diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 (Lebra, 2010). Referensi:Anderson, B.R.O.G., 2009. Some Aspects of Indonesian Politics under the Japanese Occupation, 1944-1945. Jakarta: Equinox Publishing.Lebra, J.C., 2010. Japanese-Trained Armies in Southeast Asia. Singapura: ISEAS Publishing.Nailufar, N.N., 2020. Pemberontakan PETA di Blitar. Kompas. Tersedia di: https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/16/190000769/pemberontakan-peta-di-blitar (Diakses 13 Februari 2023).Sato, S., 2015. War, Nationalism and Peasants: Java under the Japanese Occupation 1942-1945. New York: Routledge.
SelengkapnyaPembukaan Rapat Kerja Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Lamongan
Rapat Kerja Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Lamongan dibuka pada Minggu (12/2). Bertempat di Ruang Pusdalops Kodim 0812 Lamongan, kegiatan ini dihadiri oleh Kapten Chb. Agung (Pasiter Kodim 0812 Lamongan), Dianto Hari Wibowo (Kepala Bakesbangpol), serta pengurus dan anggota PPI Kabupaten Lamongan.Ketua Pengurus PPI Kabupaten Lamongan, Ahmad Fahrudin, dalam sambutannya menyatakan bahwa rapat ini merupakan acara rutin. Pihaknya juga turut intens berkomunikask dengan pengurus PPI Provinsi maupun Pusat. Selain itu, pihaknya juga melaksanakan sosialisasi dan pelatihan kepada pengurus agar bisa meningkatkan kemampuan dari anggota PPI.Kegiatan dilanjutkan dengan pernyataan pembukaan oleh Kapten Chb. Agung. Kegiatan Raker PPI dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi semua kegiatan PPI Lamongan serta dalam rangka menyusun kegiatan ke depan demi kemajuan PPI Lamongan.
Selengkapnya
Cangkrukan Kebangsaan di Desa Menganti
Mengawali kegiatan Sosialisasi Sinkronisasi (SOSIS), Bakesbangpol Kabupaten Lamongan bekerja sama dengan DPRD Lamongan mengadakan sosialisasi wawasan kebangsaan dengan tema 'Cangkrukan Kebangsaan'. Desa Menganti, Kecamatan Glagah, dipilih sebagai lokasi pertama kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu (8/2) ini.Cangkrukan Kebangsaan ini dihadiri oleh Istiqomah (Kepala Desa Menganti). Adapun H. Kaharudin dari Komisi A DPRD Lamongan bertindak sebagai narasumber. Peserta kegiatan berasal dari perangkat desa, tokoh masyarakat, pemuda, PKK, dan para ketua RT/RW.Dalam sambutannya, Istiqomah menyampaikan ucapan terima kasih atas pelaksanaan kegiatan di desanya. Selain itu, dirinya mengungkapkan harapannya agar masyarakatnya antusias sehingga dapat meningkatkan rasa cinta tanah air dan sikap bela negara.H. Kaharudin dalam penyampaiannya menyampaikan bahwa kegiatan ini sudah dimulai sejak tahun 2022 dengan jumlah 25 peserta dan sekarang ditingkatkan menjadi 50 orang pada 2023.Menurutnya, kegiatan ini dapat berkontribusi dalam meningkatkan nasionalisme di kalangan masyarakat, karena ancaman yang ada semakin berkembang, tidak lagi terbatas pada ancaman militer. Ancaman nonmiliter dapat berdampak lebih fatal seperti narkoba, radikalisme, penebangan liar, dan serangan siber. Selain itu, Kaharudin juga mengingatkan agar tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang asal usulnya tidak jelas karena dapat berpotensi menimbulkan perpecahan. Terlebih, masa sekarang sudah mendekati tahun-tahun politik.Tantangan dari dalam masyarakat tersbeut sejatinya bisa diatasi apabila masyarakat memiliki kesadaran untuk membela negara. Upaya menumbuhkan rasa bela negara tersebut dapat dibentuk melalui usaha untuk mengenali, mencintai, memiliki, dan membela tanah air.
SelengkapnyaGelaran Rumpi Sehat Hari Kedua
Kegiatan Rumpi Sehat Mencetak Generasi yang Tangguh dan Berkualitas hari kedua telah dilaksanakan pada Rabu (8/2). Bertempat di Aula Gajah Mada Lt. 7 Pemkab Lamongan, kegiatan ini diikuti oleh 276 peserta.Kegiatan yang diinisiasi oleh Tim Penggerak PKK Kabupaten Lamongan ini mengundang perwakilan pelajar SMP/SMA sederajat di Kabupaten Lamongan. Seperti namanya, kegiatan ini bertujuan untuk mencetak generasi muda yang tangguh dan berkualitas melalui pembekalan para peserta dengan isu-isu kontemporer, seperti radikalisme, narkoba, kesehatan reproduksi, dan pernikahan dini.Anis Yuhronur Efendi, Ketua Tim Penggerak PKK sekaligus Ketua Panitia, dalam sambutannya mengharapkan antusiasme yang tidak kalah dari peserta hari pertama. Dirinya juga berharap bahwa para peserta yang hadir menjadi pionir di sekolahnya masing-masing.Kepala Bakesbangpol Kabupaten Lamongan, Dianto Hari Wibowo, dalam sambutannya di hari kedua, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk dukungan dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 dan berharap ada peningkatan sinergi dan kolaborasi sehingga dapat terus mewujudkan generasi muda yang tangguh.Dalam kegiatan hari kedua ini, terdapat 2 narasumber baru, yakni Madekhan Ali dan dr. Supratikto yang masing-masing menggantikan Abdul Syukur dan dr. Rijanto Agoes. Bersama Ali Fauzi Manzi dan Iptu Suwito Saputro, keempat narasumber membawakan materi yang memunculkan antusiasme dari para peserta.Harapannya, kegiatan positif ini dapat dilakukan setiap tahun. Hal ini dikarenakan ancaman-ancaman yang ada sering menyasar generasi muda. Apabila generasi muda tidak dibekali dengan pengetahuan dan wawasan, maka potensi untuk terjerumus akan lebih besar, sehingga dapat menghambat pemerintah untuk mewujudkan generasi yang tangguh dan berkualitas ke depannya.
Selengkapnya